News:

Selamat datang, forum telah diperbarui ke SMF versi 2.1.4, selamat menikmati

Main Menu

Recent posts

#81
AstroFisika / Teleskop Event Horizon merilis...
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 23:06:14
Gambar diatas adalah foto asli dari lubang hitam di galaksi M87. lubang hitam ini mempunyai massa 6.5 milyar matahari dan berjarak 53 jua tahun cahaya dari bumi. gambar ini bisa tercapai dengan adanya Teleskop Event Horizon (EHT). gambar diambil sejak 2017 dan membutuhkan waktu dua tahun untuk membentuk gambar yang terlihat ini. Lamanya waktu ini karena EHT dibentuk dari 8 observatorium independen yang tersebar diseluruh penjuru dunia, bekerja sama sebagai satu kesatuan teleskop raksasa.



Lubang hitam sangat masif dan padat. sebegitu padatnya sehingga tarikan gravitasinya bahkan menarik cahaya. sering disebut sebagai singularitas, karena titik lubang hitam ini tidak mempunyai ruang lagi. Lubang hitam ini dikelilingi apa yang disebut horison peristiwa, suatu batas dimana ketia suatu obyek melewati batas ini maka dia akan tertarik ke dalam lubang hitam dan tidak akan kembali selamanya. Jadi lubang hitam benar benar hitam, tidak memantulkan atau memancarkan cahaya, pada gambar diatas, tampilan hitam pada bagian tengah itulah lubang hitam sebenarnya.
Seperti dalam pusaran air, materi yang masuk ke dalam lubang hitam umumnya datar, ilmuwan menyebutnya piringan akresi, materi yang mengelilingi lubang hitam ini begitu cepat sehingga dia memanas, dan memancarkan cahaya, ini adalah yang terlihat pada gambar orange di atas.
Untuk beberapa kasus, gesekan antar materi di lubang hitam menghasilkan suatu ancaran material serupa jet yang memancar sampai ratusan tahun cahaya panjangny dan berkecepatan mendekati kecepatan cahaya, sebab pasti hembusan materi secara cepat masih simpang siur, tetapi para ilmuwan mencurigai medan magnet yang mungkin terpengaruh oleh lubang hitam.
Teleskop EHT adalah gabungan dari 6 teleskop di seluruh penjuru dunia yang digabungkan dalam suatu proses yang disebut sebagai interferometri, dengan metode ini, beberapa teleskop kecil yang hanya mencakup wilayah kecil dapat digabungkan menjadi teleksop dengan cakupan wilayah yang luas. tetapi metode interferometri ini tentunya ada kelemahannya, terdapat wilayah yang hilang diantara teleskop tersebut, sehingga mengurangi keakuratan citra. Kesulitan lainnya adalah logistik data, bayangkan satu teleskop yang merekam pada semua spektrum cahaya, data ini setara dengan 5000 jam musik dengan format mp3, untuk wilayah teleskop yang terpencil untuk mengurangi polusi cahaya di perkotaan sebagai contoh adalah teleskop di kutub selatan yang harus menunggu sampai musim semi agar jalur pesawat kembali aktif dan bisa mengirim data.
Target selanjutnya adalah lubang hitam didekat kita, di pusat galaksi bima sakti, Sagittarius A*, walaupun lebih dekat 1000x tetapi lubang hitam ini juga lebih kecil 1000x dari pada lubang hitam di di M87, semoga akan segera terwujud pada waktu mendatang
#82
AstroFisika / Seberapa Cepat Bintang Meningg...
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 23:05:00
Di galaksi kita terdapat estimasi 200 sampai 400 milyar bintang, dari jumlah tersebut terdapat sebagian kecil bintang yang biasanya masif dikarenakan interaksi gravitasi mempunyai kecepatan dua kali atau bahkan tiga kali lipat kecepatan Matahari, disebut hypervelocity, bintang ini akan meninggalkan galaksi tempat kelahirannya.



Bintang dengan hypervelocity ini semuanya adalah tipe B dengan massa 2 sampai 5 kali lipat massa Matahari kita dan mempunyai suhu permukaan 10.000 Kelvin. Sebagian besar terletak di bagian galaksi terluar atau Halo yang paling pinggir atau 150.000 tahun cahaya dari pusat galaksi kita dan mempunyai kecepatan 1.1 juta km/jam. Kecepatan tersebut sama saja perjalanan Bumi - Bulan selama 20 menit dan dapat menempuh 1000 tahun cahaya dalam waktu satu juta tahun saja.

Penemuan bintang ini diawali pada penelitian pada obyek SDSS J090745.0+024507 di wilayah Halo Bima Sakti, bintang ini berada 350.000 tahun cahaya dari pusat galaksi kita, dan mempunyai keceatan radial (kecepatan menjauhi pusat galaksi) 2.42 juta km/jam. Bintang ini menempuh dari inti galaksi sampai batas halo terluar hanya dalam waktu 140 juta tahun.

Beberapa teori diantaranya bahwa Sagittarius A* (A star) adalah lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti yang mengakselerasi semua bintang dengan kecepatan tinggi ini. teorinya adalah suatu sistem bintang ganda yang tertangkap lubang hitam, satu bintang ditangkap dan masuk ke orbit yang sangat dekat dengan lubang hitam, dan satu bintang lainnya ditembakkan dengan kecepatan tinggi menjauh.

Sejauh ini hampir semua tipe bintang super cepat ini adalah tipe B yang merupakan tipe rata rata umum dengan waktu hidup beberapa juta tahun, sehingga sebenarnya mustahil menemukan bintang jenis ini di wilayah Halo galaksi. WIlayah halo galaksi adah wilayah terluar galaksi dengan isi kluster globular bintang bermassa rendah, tua, dan kurang unsur metal.

Di galaksi Bimasakti, luncuran bintang dengan kecepatan tinggi ini terpusat di wilayah sekitar konstelasi Leo, jadi kemungkinan luncuran bintang dari pusat galaksi hanya pada arah-arah tertentu saja. ini bisa terjadi jika luncuran diawali dari piringan di sekitar lubang hitam di pusat galaksi kita.
#83
AstroFisika / Bintang di Galaksi Andromeda M...
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 22:55:14
Astronom menemukan sebuah bintang di galaksi Andromeda yang secara rutin meletus selama beberapa juta tahun meninggalkan satu bekas kulit yang berupa material yang dilemparkan dengan luas 400 juta tahun cahaya, bintang ini masuk dalam kelas bintang katai putih. Bintang kecil sebelumnya telah meledak dan menghempaskan selubungnya dan meninggalkan hanya bagian inti yang masif. tetapi khusus untuk bintang M31N 2008-12a ini punya hal khusus lain.



bintang kecil ini mempunyai pasangan bintang lain. bintang katai putih ini menghisap material dari bintang pasangannya setelah mencapai masa kritis dan terkompresi oleh gravitasi bintang katai putih hidrogen yang disedot terkompresi dan bergabung menjadi helium dan mengakibatkan ledakan yang disebut nova, hal ini menyebabkan bintng katai putih ini dalam seperjuta detik bersinar lebih terang karena menyemburkan material nova dengan kecepatan 3 persen kecepatan cahaya.
Kejadian ini tidak akan terjadi secara terus menerus, ketika bintang katai putih ini mencapai batas Chandrashekar atau batas massa sekitar 1.4 kali masa matahari, bintang ini akan mengalami letusan dahsyat bernama supernova dan akan berubah menjadi bintang neutron. Ini akan terjadi diperkirakan 400.000 tahun lagi.
#84
AstroFisika / Pertama Kali, Astronom Melihat...
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 22:53:52
200 Juta tahun yang lalu, tidak lama setelah Dinosaurus pertama muncul pertama kali di Bumi, sebuah bintang hancur di galaksi dekat kita. Kehancuran bintang itu menyebabkan ledakan dengan radiasi yang akhirnya mencapai kita saat ini yang menyebabkan pendaran sinar di konstelasi Hercules.
Beberapa teleskop mencoba menganalisa dengan berbagai kombinasi frekuensi radio, gamma dan X pada obyek yang kemudian dinamai The Cow atau AT2018cow.



Sampai sekarang para asronom belum bisa menentukan apakah hasil dari ledakan itu sebuah lubang hitam ataukah sebuah bintang neutron. ledakan awal bintang ini begitu terang hingga 10 sampai 100 kali lebih terang daripada supernova biasa dan sangat cepat hanya dalam waktu 16 hari sejak puncak kecemerlangan ledakan tersebut. ledakan ini dapat terekam karena jumlah material angkasa yang dilepaskan relatif sedikit, 10 kali lebih kecil dari biasanya.

#85
AstroFisika / Benturan Galaksi Bima Sakti Le...
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 22:48:05
Dari hasil penelitian, Galaksi kita yang dikenal sebagai Bima Sakti akan mengalami benturan lebih dari satu kali. Dari hasil penelitian Galaksi kita akan berbenturan dengan tetangga Galaksi Andromeda pada 5 milyar tahun lagi. Pada saat itu jika masih ada kehidupan di galaksi kita akan mengalami tontonan langit paling spektakuler dan penuh dengan cahaya.
Tetapi jika dicermati lagi ada satu tetangga galaksi Bima Sakti yang dalam waktu lebih dekat akan berbenturan dengan galaksi kita, dia adalah LMC (Large Magellanic Cloud), yang akan berbenturan kurang lebih 2.5 Milyar tahun lagi.

Bima Sakti dengan lebar 100.000 tahun cahaya akan melumat LMC yang mempunyai lebar 14.000 tahun cahaya dan akan menyebabkan berbagai kejadian luar biasa di galaksi kita, seperti mengaktifkan kembali lubang hitam di inti galaksi kita dan menjadikannya sebuah Quasar.



Dengan bergabungnya LMC maka inti lubang hitam di galaksi kita, Sagitarius A* akan menjadi lebih masif 8 kali lipat dan halo yang mengelilingi galaksi kita akan membesar 5 kali lipat, ini didasarkan pada pemodelan terbaru yang menyarankan LMC mempunyai materi hitam 6 kali lebih banyak dari yang sebelumnya diperkirakan.

Penggabungan 2 galaksi antara M51a dan M51b yang mempunyai kemiripan dengan galaksi kita dan LMC

#86
AstroFisika / LIGO dan Gelombang Gravitasi
Last post by wongdusun - 11 November 2020, 22:46:32
Salah satu prediksi dari teori Relativitas adalah adanya gelombang gravitasi. LIGO, salah satu wahana yang khusus mendeteksi fenomena ini mengumumkan adanya 4 gelombang gravitasi baru yang berhasil dideteksi. Dengan deteksi terbaru ini, berarti ada total 11 gelombang gravitasi yang berhasil dideteksi. Deteksi ini didapatkan dari proses merger atau penyatuan dua lubang hitam dan juga bintang neutron.



Salah satu yang menarik adalah penggabungan lubang hitam dari 5 milyar tahun yang lalu, yang merupakan gelombang gravitasi paling jauh dan masif, penggabungan ini menghasilkan lubang hitam 80 kali lebih masif dari Matahari dan melepaskan gelombang gravitasi yang sama dengan 5 kali masa matahari kita.

#87
AstroMetri / Menghitung usia tabrakan binta...
Last post by wongdusun - 05 November 2020, 23:14:49
Para astronom sedang memburu sisa-sisa tabrakan bintang-neutron yang memberi Bumi unsur logam mulia.

Ketika bintang-bintang neutron bergabung, mereka memuntahkan banyak unsur berumur pendek ke lingkungan mereka, dan bahan-bahan ini menjadi bagian dari sistem tata surya yang terbentuk kemudian. Sekarang para ilmuwan mencoba untuk mencari merger bintang neutron yang mengawali terbentuknya tata surya kita dengan menelusuri elemen-elemen yang dihasilkan oleh peluruhan elemen/unsur awalnya. Dari pekerjaan itu, mereka percaya merger yang bertanggung jawab terjadi 100 juta tahun sebelumnya dan 1.000 tahun cahaya dari kelahiran tata surya kita.

"Sudah dekat," kata pemimpin ilmuwan proyek, Szabolcs Marka, yang adalah seorang fisikawan di Universitas Columbia. "Jika kamu melihat ke langit dan kamu melihat penggabungan bintang neutron di jarak 1.000 tahun cahaya, itu akan bersinar menyinari seluruh langit malam."
Marka dan koleganya Imre Bartos, seorang astrofisika di Universitas Florida, menggunakan meteorit dari awal tata surya untuk melacak tabrakan. Mereka menganalisis isotop - elemen dengan jumlah neutron yang berbeda beda di atom - di batuan ini.

Pertama, mereka menghitung jumlah isotop radioaktif di tata surya awal; kemudian para peneliti membandingkan pengukuran mereka dengan jumlah isotop yang dihasilkan oleh merger bintang-neutron. Marka mempresentasikan hasil penelitian mereka pada bulan Januari di pertemuan musim dingin American Astronomical Society di Honolulu.

Merger bintang neutron "kita"
Unsur berat alam semesta, seperti emas, platinum, dan plutonium, terbentuk ketika neutron membombardir atom yang ada. Selama tabrakan tersebut, neutron netral dapat memancarkan elektron bermuatan negatif, menjadi proton bermuatan positif dan mengubah identitas atom.

Proses ini, dikenal sebagai penangkapan neutron cepat, terjadi hanya selama ledakan paling kuat, seperti supernova dan merger bintang neutron. Tetapi para ilmuwan terus berdebat tentang peristiwa ekstrem mana yang bertanggung jawab atas sebagian besar unsur berat di alam semesta.

Jadi Marka dan Bartos beralih ke meteorit kuno dalam upaya untuk memahami jenis peristiwa apa yang mungkin memicu pembentukan tata surya. Terkunci di dalam batu-batu yang berasal dari tata surya muda adalah bahan yang dimuntahkan dari ledakan, dan meskipun unsur-unsur awal itu radioaktif dan cepat membusuk, mereka meninggalkan tanda kehadiran masa lalu mereka.

Dan ketika Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) mulai mengidentifikasi potensi penggabungan bintang neutron, para ilmuwan menerapkan pengamatannya untuk membantu mengidentifikasi kontributor material yang paling mungkin terbentuk dalam merger paling dekat itu, yang oleh Marka disebut sebagai "the witch's brew of the galaxy" atau resep penyihir galaksi, "bahan yang perlahan membusuk yang membentuk tata surya".

Studi sebelumnya memperkirakan bahwa supernova terjadi di Bima Sakti setiap 50 tahun sekali. Pengamatan baru LIGO menunjukkan bahwa merger bintang neutron terjadi jauh lebih jarang, sekitar sekali setiap 100.000 tahun. Jumlah elemen berat di tata surya menunjukkan bahwa mereka berasal dari merger bintang neutron terdekat, karena supernova akan menghasilkan lebih banyak bahan.

Dari sana, pasangan bintang neutron bergantung pada isotop individu untuk menentukan di mana dan kapan tata surya yang terbentuk dari merger bintang neutron terjadi.

"Setiap isotop adalah stopwatch yang dimulai pada ledakan," kata Marka. Dengan mempelajari berapa banyak isotop yang tersisa ketika bahan itu ditangkap, ia mampu menentukan usia merger bintang neutron yang menghujani tata surya dengan materialnya. "Hanya ada satu titik waktu," katanya. Titik itu terjadi kira-kira 100 juta tahun sebelum tata surya terbentuk, satu kedipan mata dalam skala waktu astronomi. Tim juga menghitung seberapa jauh bintang neutron itu bergabung, jarak 1.000 tahun cahaya, berdasarkan berapa banyak material yang berakhir di tata surya kita.

Apa yang tim tidak tahu adalah arah di mana unsur-unsur berat ini memasuki lingkungan yang akan menjadi tata surya kita, sebuah penemuan yang secara teoritis dapat memungkinkan para ilmuwan untuk menemukan sisa sisa penggabungan. Masalahnya adalah bahwa matahari tidak duduk diam selama 4,5 miliar tahun sejak terbentuk; alih-alih, ia telah berkeliling galaksi kita.

Sepanjang jalan, ia telah meninggalkan bintang-bintang yang terbentuk di dekatnya dalam kelompok yang sama, bintang-bintang yang telah lama diburu oleh para astronom dengan sia-sia. Marka berharap bahwa suatu hari, para astronom akan menemukan bintang-bintang itu dan sisa-sisa penggabungan bintang-neutron yang membentuk tata surya.

Menurut Marka, penemuan baru itu mengenai rumah asli kita, asal kita sebenarnya. "Orang-orang benar-benar menangis," katanya, merujuk pada anggota timnya.

Dia mengatakan dia berpikir bahwa reaksi emosional yang kuat muncul karena merger bintang neutron ini bukan hanya peristiwa yang terjadi di luar angkasa. Itu adalah salah satu yang berkontribusi bagi kita masing-masing, secara pribadi.

"Ini bukan esoterik, ini milik kita," kata Marka. "Bukan milik kita di galaksi, tetapi milik kita di tata surya."
#88
AstroMetri / Lubang hitam terdekat ke Bumi ...
Last post by wongdusun - 05 November 2020, 23:13:49
Jaraknya sekitar 1.000 tahun cahaya, atau sekitar 9,5 ribu juta juta km, di Constellation Telescopium.

Itu mungkin kedengarannya tidak terlalu dekat, tetapi pada skala Semesta, sebenarnya dapat dianggap tetangga dekat kita..

Para ilmuwan menemukan lubang hitam dari caranya berinteraksi dengan dua bintang - satu yang mengorbit lubang hitam, dan yang lain yang mengorbit pasangan ini.

Biasanya, lubang hitam ditemukan dari cara mereka berinteraksi dengan piringan gas dan debu yang berputar disekelilingnya. Saat mereka merobek materi ini, sinar-X yang berlebihan dipancarkan. Ini adalah sinyal berenergi tinggi yang dideteksi oleh teleskop, bukan lubang hitam itu sendiri.

Jadi ini adalah kasus yang tidak biasa, karena gerakan bintang-bintang, bersama-sama dikenal sebagai HR 6819, yang telah emberikan petunjuk.

"Ini yang Anda sebut 'lubang hitam gelap'; benar-benar hitam dalam arti itu," kata Dietrich Baade, astronom emeritus di organisasi European Southern Observatory (ESO) di Garching, Jerman.

"Kami pikir ini mungkin kasus pertama di mana lubang hitam telah ditemukan dengan cara ini. Dan tidak hanya itu - itu juga yang paling dekat dari semua lubang hitam, termasuk yang jenis yang mempunyai piringan akresi," katanya.

Salah satu aspek yang menarik dari cerita ini adalah memungkinkan melihat HR 6819 hanya dengan mata telanjang - dengan asumsi Anda memiliki akses ke langit selatan. Tidak butuh teleskop atau teropong, walaupun kondisinya rumit saat ini karena sistem bintang itu muncul dari belakang Matahari.

Para ilmuwan telah memulai studi HR 6819 bertahun-tahun lalu ketika mencari apa yang disebut bintang Be. Ini adalah bintang yang berputar sangat cepat sehingga hampir merobek diri sendiri, dan objek luar dalam pasangan ini adalah contoh yang baik.

Tetapi serangkaian keadaan yang terjadi membuat penyelidikan tidak pernah dilakukan sampai selesai - sampai baru-baru ini.

Studi menggunakan teleskop 2,2 m di La Silla Observatory di Chili mengungkapkan bagian dalam dari dua bintang yang terlihat mengorbit objek tak terlihat setiap 40 hari.

Dianggap sebagai lubang hitam, benda ini memiliki massa kemungkinan setidaknya empat kali lipat Matahari kita.

Para astronom telah melihat hanya beberapa lusin lubang hitam di Galaksi Bima Sakti kita hingga saat ini, hampir semuanya sangat berinteraksi dengan cakram akresi mereka.

Tetapi statistik memberitahu kita pasti ada banyak, lebih banyak di luar sana.

"Di Bimasakti, idenya adalah bahwa seharusnya ada sekitar 100 juta lubang hitam. Jadi mungkin masih ada beberapa lagi yang lebih dekat," Marianne Heida, seorang rekan pascadoktoral di ESO.
#89
AstroMetri / Mengungkap misteri lubang hita...
Last post by wongdusun - 05 November 2020, 23:13:13


Tim COMPAS (Compact Object Mergers: Population Astrophysics and Statistics) telah mengumumkan rilis beta publik pertama dari kode sintesis populasi biner cepat mereka (tersedia untuk diunduh di sini).

Awalnya, kode tersebut - dikembangkan bersama oleh para peneliti dari ARC Centre of Excellence for Gravitational Wave Discovery (OzGrav) - diciptakan untuk pengamatan gelombang gravitasi. Gelombang gravitasi adalah riak dalam ruang-waktu yang memancar keluar dari tabrakan dua massa akselerasi, seperti bintang neutron atau lubang hitam. COMPAS menggunakan model evolusi bintang biner untuk membuat prediksi tingkat dan sifat tabrakan ini.

Peneliti Pascadoktoral OzGrav Simon Stevenson dari Swinburne University of Technology mengatakan: "COMPAS memungkinkan kita untuk memahami bagaimana bintang-bintang neutron biner dan lubang hitam yang diamati dalam gelombang gravitasi terbentuk."

Sejak itu COMPAS telah diperluas untuk memasukkan ciri pengamatan lain dari evolusi biner, termasuk Galactic Double Neutron Stars, X-ray Binaries dan Luminous Red Novae. Pengamatan yang berbeda memberikan wawasan baru dalam penelitian gelombang-gravitasi dan membantu melengkapi gambaran astrofisika biner.

Sebagian besar bintang masif diketahui dilahirkan dalam sistem biner. Interaksi antara bintang pendamping mengubah evolusi bintang dan sistem biner. Proses fisik yang terlibat dalam pembentukan biner dan evolusi saat ini tidak pasti; Namun, para ilmuwan mulai mendapatkan pemahaman yang lebih baik melalui pengamatan fenomena astrofisika dalam berbagai tahap evolusi biner. Kode COMPAS menggabungkan alat untuk analisis statistik dan pemilihan model dengan sintesis populasi yang cepat, yang memungkinkan para ilmuwan untuk menggali lebih dalam tentang evolusi bintang dan biner.
Kepala Investigator OzGrav Ilya Mandel dari Monash University menjelaskan: "Saya sangat senang bahwa kami telah mencapai tonggak ini dalam pengembangan pemodelan sintesis populasi biner dan kode astrostatistik, berkat kerja keras sekelompok mahasiswa dan kolaborator yang berdedikasi. Saya berharap bahwa rilis publik akan memungkinkan kolega lain yang tertarik dengan topik ini untuk terlibat dan mempercepat langkah di mana kita dapat menjawab pertanyaan kunci dalam evolusi bintang biner ".

OzGrav Ph.D. siswa Jeff Riley dari Monash menambahkan: "Banyak orang telah bekerja keras untuk mengembangkan COMPAS selama beberapa tahun. Saya sangat senang telah berkontribusi, dan sangat senang dengan rilis publik - sekarang kita semua tidur!" .

Tim COMPAS mendorong pengguna untuk berkontribusi dan meningkatkan kode, mulai dari model evolusi yang lebih baik hingga teknik emulasi yang lebih canggih. Silakan hubungi [email protected] dengan pertanyaan apa pun.
#90
AstroMetri / Para astronom menemukan 139 pl...
Last post by wongdusun - 05 November 2020, 23:12:00


Para astronom telah menemukan 139 planet kecil baru yang mengorbit Matahari di luar Neptunus dengan mencari melalui data dari Dark Energy Survey. Metode baru untuk melihat dunia kecil diperkirakan akan mengungkap ribuan objek yang jauh di tahun-tahun mendatang - yang berarti ratusan atau lebih ini kemungkinan besar hanya puncak gunung es.

Bersama-sama, objek yang baru jauh ditemukan, serta yang akan datang, dapat menyelesaikan salah satu pertanyaan paling menarik dari astronomi modern: Apakah ada dunia yang masif dan misterius bernama Planet 9 yang bersembunyi di pinggiran tata surya kita?

Misteri di luar Neptunus
Neptunus mengorbit Matahari pada jarak sekitar 30 unit astronomi (AU; di mana 1 AU adalah jarak Bumi-Matahari). Di luar Neptunus terletak Sabuk Kuiper - sekelompok komet yang beku dan berbatu (termasuk Pluto) yang memiliki massa puluhan hingga ratusan kali lebih banyak daripada sabuk asteroid. Baik di dalam Sabuk Kuiper dan melewati tepi terluarnya pada orbit di 50 AU yang disebut objek trans-Neptunus (TNO). Saat ini, kita tahu hampir 3.000 TNO di tata surya, tetapi perkiraan menempatkan jumlah total mendekati 100.000.

Karena semakin banyak TNO yang telah ditemukan selama bertahun-tahun, beberapa astronom - termasuk Konstantin Batygin dan Mike Brown dari Caltech - telah memperhatikan bahwa sebagian kecil dari objek-objek ini memiliki orbit yang aneh. Mereka tampaknya berkumpul dengan cara yang tak terduga, seolah-olah sebuah objek tak terlihat menggiring apa yang disebut sebagai TNO ekstrem (eTNO) ke dalam orbit tertentu. Batygin dan Brown - sebagai tambahan dari kelompok lain, seperti yang dipimpin oleh Scott Sheppard dari Carnegie Institution for Science - menganggap eTNO yang mengorbit dengan aneh ini menunjuk pada keberadaan dunia yang masif dan jauh yang disebut Planet 9.
Dihipotesiskan sekitar l5 sampai 15 kali massa Bumi dan mengorbit sekitar 400 AU (atau lebih jauh) dari Matahari, Planet Sembilan yang diusulkan akan memiliki daya tarik gravitasi yang cukup sehingga dapat mengatur orbit eTNO, yang menyebabkan mereka mengelompok. bersama-sama saat mereka melakukan pendekatan terdekat dengan Matahari.

Masalahnya adalah bahwa bukti untuk Planet 9 sejauh ini berifat tidak langsung dan jarang. Mungkin ada hal lain yang menjelaskan orbit yang berkelompok, atau mungkin para peneliti menemukan beberapa objek yang kebetulan memiliki orbit yang sama. Menemukan lebih banyak TNO, terutama di luar Kuiper Belt, akan memungkinkan para astronom menemukan lebih banyak petunjuk yang dapat menunjuk ke lokasi Planet Sembilan yang diusulkan - atau menyangkal keberadaannya sama sekali. Dari 139 planet kecil yang baru ditemukan dalam penelitian ini, tujuh adalah eTNO, yang merupakan tambahan signifikan pada daftar yang berjumlah sekitar selusin hanya beberapa bulan yang lalu.

Kamera baru, metode baru
TNO baru ditemukan oleh para astronom di University of Pennsylvania menggunakan data dari Dark Energy Survey (DES), yang pada awalnya tidak dirancang untuk mencari planet kecil yang jauh.
Tetapi Gary Bernstein, astronom di University of Pennsylvania dan rekannya, telah terpesona oleh TNO sejak "sebelum Planet Sembilan adalah sesuatu" - dan bahkan sebelum keberadaan Kuiper Belt dikonfirmasi pada 1990-an. "Setiap kali saya mendapatkan kamera baru atau sesuatu yang merupakan kemajuan teknologi, saya pergi keluar dan mencoba mencari cara untuk mencari objek trans-Neptunus dengannya," kata Bernstein. "Dan DES, tentu saja, adalah kamera terbesar, terbaik yang pernah kita miliki."

DES, upaya internasional untuk memahami energi gelap, mulai mengamati langit selatan pada 2013, menggunakan kamera yang sangat sensitif yang dipasang di teleskop 4 meter Blanco di Andes Chile. Bernstein bekerja dengan astronom Masao Sako dan mahasiswa pascasarjana Pedro Bernardinelli, keduanya di University of Pennsylvania, untuk mengadaptasi tanggal DES untuk mengidentifikasi TNO.

"Kebanyakan orang, ketika mencoba menemukan TNO, memiliki cara khusus untuk memandang langit tempat mereka mengambil gambar terpisah beberapa jam dan Anda dapat melihat benda-benda bergerak dengan sangat mudah," kata Bernardinelli. Data DES tidak berfungsi seperti itu.

Bernardinelli harus merancang algoritma baru yang dapat mengidentifikasi objek bergerak dengan menghubungkan titik-titik antara gambar DES, membantu mengidentifikasi apakah TNO hadir. Para peneliti kemudian memvalidasi algoritma pergerakan-tempat mereka terhadap TNO yang diketahui dan juga mengkonfirmasi bahwa mereka dapat menyaring benda palsu.

Untuk memulainya, Bernardinelli hanya menganalisis sebagian kecil dari data DES. Tetapi ketika ia menerapkan algoritme-nya pada yang lain, ia berharap menemukan sebanyak 500 atau lebih TNO. Kemudian, jika metode yang sama diterapkan pada data dari survei yang bahkan lebih sensitif di cakrawala, seperti oleh Vera C. Rubin Observatory yang baru, kelompok mengharapkan penemuan TNO baru berjumlah ribuan. Dan dengan angka-angka itu, para astronom akhirnya mungkin mendapatkan jawaban pasti apakah sistem tata surya kita menampung sebuah planet raksasa dalam jangkauannya yang jauh.

Pertanyaan tentang Planet Sembilan
Batygin, yang masih mengejar perburuannya untuk Planet Sembilan, menyebut metode baru ini untuk menemukan TNO sebagai "ide yang brilian," menambahkan bahwa penelitian telah menemukan objek baru yang mungkin telah hilang selama bertahun-tahun.
Sayangnya, benda-benda baru itu belum mengarah pada sesuatu yang konklusif tentang Planet 9. Para peneliti merilis hasil awal menganalisis apakah orbit dari tujuh eTNO yang baru ditemukan mendukung pola pengelompokan yang mengarah ke Planet 9, tetapi sejauh ini, mereka belum menemukan apa pun.

“Jika ini adalah dataset pertama yang keluar, maka tidak ada yang akan muncul dengan hipotesis Planet 9 karena tampaknya tidak ada pengelompokan [dalam orbit eTNO baru],” kata Sako. Namun, ia menambahkan bahwa ini juga tidak menyangkal keberadaan Planet 9. Metode mereka dapat mengungkap eTNO lain yang mendukung Planet Sembilan yang diusulkan - atau bahkan melihat objek itu sendiri.

Ann-Marie Madigan, seorang astronom di University of Colorado Boulder, mengatakan, "TNO sulit dideteksi, sehingga setiap orang yang kami temukan memberi tahu kami bahwa ada populasi [objek] yang jauh lebih besar di luar sana," katanya . Semakin banyak TNO yang kita temukan, semakin banyak yang bisa kita ketahui jika ada bukti untuk Planet 9. Atau, sebagai alternatif, jika teori gravitasi kolektif Madigan sendiri tentang objek yang sangat jauh menghilangkan kebutuhan nyata akan Planet Sembilan.