Saat ini kita punya waktu 24 jam dalam satu hari. Tapi bagaimana jika di masa depan waktu tersebut berubah menjadi 25 jam?
Ini semua mungkin terjadi karena Bulan perlahan menjauhi Bumi.
Kini kita mengenal putaran Bumi pada porosnya memerlukan 24 jam. Namun menurut penelitian, satu rotasi telah bertambah 18 jam daru=i 1,4 miliar tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena menjauhnya jarak Bulan dengan Bumi.
Perubahan rotasi ini dilaporkan dalam sebuah penelitian dari University of Wisconsin-Madison.
"Saat Bulan menjauh, Bumi berputar melambat seperti peselancar es. Sekitar 1,5 miliar tahun lalu, jarak Bulan cukup dekat dengan interaksi gravitasi Bumi yang bisa menghancurkannya," kata profesor di University of Wisconsin-Madison, Stephen Meyers, dikutip dari Indian Express, Senin (26/8/2024).
Meyers bersama dengan profesor riset di Columbia, Alberto Malinverno mengembangkan TimeOptMCMC. Ini merupakan pendekatan statistik membantu menentukan hubungan antara hari dengan jarak Bumi dan Bulan.
Hasilnya Bulan terus menjauh dengan kecepatan 3,82 sentimeter per tahun. Artinya satu hari bisa menjadi 25 jam pada 200 juta tahun lagi.
Para ilmuwan menyebut temuan tersebut sebagai siklus Milankovitch. Yakni saat mereka menentukan di mana sinar Matahari didistribusikan di Bumi dan ritme iklimnya.
Sebelumnya penelitian serupa juga pernah diterbitkan. Salah satunya adalah ilmuwan Rusia Jacques Laskar mengenai kekacauan tata surya yang dilakukan 1989.
Tapi penelitian dari Wisconsin, disebut Indian Express menekankan lebih jauh soal pergeseran Bulan dan dampaknya pada Bumi. Para ilmuwan juga tengah meneliti batuan lebih tua untuk bisa memahami soal hubungan antara Bulan dan Bumi.
Ini semua mungkin terjadi karena Bulan perlahan menjauhi Bumi.
Kini kita mengenal putaran Bumi pada porosnya memerlukan 24 jam. Namun menurut penelitian, satu rotasi telah bertambah 18 jam daru=i 1,4 miliar tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena menjauhnya jarak Bulan dengan Bumi.
Perubahan rotasi ini dilaporkan dalam sebuah penelitian dari University of Wisconsin-Madison.
"Saat Bulan menjauh, Bumi berputar melambat seperti peselancar es. Sekitar 1,5 miliar tahun lalu, jarak Bulan cukup dekat dengan interaksi gravitasi Bumi yang bisa menghancurkannya," kata profesor di University of Wisconsin-Madison, Stephen Meyers, dikutip dari Indian Express, Senin (26/8/2024).
Meyers bersama dengan profesor riset di Columbia, Alberto Malinverno mengembangkan TimeOptMCMC. Ini merupakan pendekatan statistik membantu menentukan hubungan antara hari dengan jarak Bumi dan Bulan.
Hasilnya Bulan terus menjauh dengan kecepatan 3,82 sentimeter per tahun. Artinya satu hari bisa menjadi 25 jam pada 200 juta tahun lagi.
Para ilmuwan menyebut temuan tersebut sebagai siklus Milankovitch. Yakni saat mereka menentukan di mana sinar Matahari didistribusikan di Bumi dan ritme iklimnya.
Sebelumnya penelitian serupa juga pernah diterbitkan. Salah satunya adalah ilmuwan Rusia Jacques Laskar mengenai kekacauan tata surya yang dilakukan 1989.
Tapi penelitian dari Wisconsin, disebut Indian Express menekankan lebih jauh soal pergeseran Bulan dan dampaknya pada Bumi. Para ilmuwan juga tengah meneliti batuan lebih tua untuk bisa memahami soal hubungan antara Bulan dan Bumi.